Surabaya - Mimisan atau epistaksis tidak berbahaya dan bukan penyakit. Meski begitu mimisan gejala dari suatu penyakit yang tetap diwaspadai. Sehingga dalam pengobatan bisa disembuhkan dari penyebabnya.
"Meski mimisan bukan penyakit namun tidak semua mimisan bisa dianggap kasus ringan. Karena bisa saja mimisan yang terjadi akibat sebuah penyakit berbahaya seperti leukimia, demam berdarah hingga hipertensi," kata ahli THT RSU dr Soetomo Surabaya, dr Nyilo Purnami SpTHT kepada detiksurabaya.com saat berbincang-bincang, Rabu (28/5/2008).
Epistaksis sendiri adalah suatu gejala perdarahan pembuluh darah di mukosa hidung. Penyebabnya bisa bersifat lokal seperti adanya infeksi, trauma dan tumor pada hidung.
Bisa juga karena kelainan bawaan seperti kelainan hemofilia (kelainan sel darah) dan kelainan yang didapat seperti koagolasi, yakni kelainan pada zat pembeku darah.
"Untuk yang sistemik bisa karena adanya penyakit infeksi seperti demam berdarah, typus, malaria, hipertensi, leukimia dan lainnya," tambahnya.
Epistaksis ada dua macam yakni epistaksis anterior dan epistaksis posterior. Epistaksis anterior disebabkan pecahnya sambungan antara arteri etmodialis anterior dan labialis superior. Titik perdarahannya hanya di hidung bagian depan, sehingga tidak berbahaya.
Sedangkan epistaksis posterior disebabkan pecahnya arteri sfenopalatina. Titik perdarahannya tidak kelihatan, karena letak arterinya di dalam.
"Pada epistaksis posterior yang pecah adalah arteri besar, sehingga perdarahannya bisa terus-menerus. Karena itu, penderita harus segera dibawa ke rumah sakit dan ditangani secara serius," tegasnya.
"Meski mimisan bukan penyakit namun tidak semua mimisan bisa dianggap kasus ringan. Karena bisa saja mimisan yang terjadi akibat sebuah penyakit berbahaya seperti leukimia, demam berdarah hingga hipertensi," kata ahli THT RSU dr Soetomo Surabaya, dr Nyilo Purnami SpTHT kepada detiksurabaya.com saat berbincang-bincang, Rabu (28/5/2008).
Epistaksis sendiri adalah suatu gejala perdarahan pembuluh darah di mukosa hidung. Penyebabnya bisa bersifat lokal seperti adanya infeksi, trauma dan tumor pada hidung.
Bisa juga karena kelainan bawaan seperti kelainan hemofilia (kelainan sel darah) dan kelainan yang didapat seperti koagolasi, yakni kelainan pada zat pembeku darah.
"Untuk yang sistemik bisa karena adanya penyakit infeksi seperti demam berdarah, typus, malaria, hipertensi, leukimia dan lainnya," tambahnya.
Epistaksis ada dua macam yakni epistaksis anterior dan epistaksis posterior. Epistaksis anterior disebabkan pecahnya sambungan antara arteri etmodialis anterior dan labialis superior. Titik perdarahannya hanya di hidung bagian depan, sehingga tidak berbahaya.
Sedangkan epistaksis posterior disebabkan pecahnya arteri sfenopalatina. Titik perdarahannya tidak kelihatan, karena letak arterinya di dalam.
"Pada epistaksis posterior yang pecah adalah arteri besar, sehingga perdarahannya bisa terus-menerus. Karena itu, penderita harus segera dibawa ke rumah sakit dan ditangani secara serius," tegasnya.
0 komentar:
Post a Comment