Wednesday, January 21, 2009

Kalau Bagong Jadi Presiden (Bag. 5)

Setelah melalu laku spiritual dan pertimbangan yang masak, Bagong memutuskan untuk mencalonkan diri menjadi Presiden melalui jalur Independen. Benar kata semar, jalur indipenden ini adalah jalur yang paling aman dan tidak perlu khawatir memikirkan balas budi seperti jika menggunakan kendaraan partai.

Persoalan yang satu ini sudah terselesaikan. Masalah selanjutnya adalah bagaimana dia akan maju selanjutnya, strategi apa saja yang akan digunakan. Tentu saja, yang paling mendesak adalah pembentukan Tim Sukses yang nantinya akan membantu dan menjadi penyangganya dalam langkahnya menuju kursi Kepresidenan.

Tidaklah sulit bagi Bagong untuk membentuk tim sukses karena dia memang banyak kenalan. Kedeaktannya dengan berbagai kalangan masyarakat membuat dia mudah dikenal dan disukai orang. Sekarang tinggal menentukan saja, siapa yang akan jadi ketua Tim Suksesnya, apakah mau dari kalangan akademisi, seniman, politisi atau rakyat biasa.

Setelah pembentukan tim sukses, masalah selanjutnya adalah penetapan strategi penjaringan dukungan. Ini bisa menjadi persoalan besar mengingat Bagong sebenarnya termasuk dari kalangan kurang mampu. Jadi kaya'nya agak sulit untuk melakukan kampanye yang super mewah dan mahal.... Jadi, perlu dipikirkan langkah-langkah kreatif untuk penjaringan dukungan ini.

Sore ini, Bagong berencana akan datang ke tempat ayahnya, Semar, guna membahas dua persoalan tersebut di atas.

Sore harinya, di tempat Semar ternyata sudah datang Gareng dan Petruk yang tak lain adalah saudara Bagong sendiri. Kali ini Bagong datang tidak sendirian, dia datang bersama Raden Sadewa. Bagong memang sengaja sebelumnya singgah dulu di Amarta. Raden sadewa sendiri terkenal dengan kecerdikan, ketelitian dan kebijaksanaannya. Tak heran jika pertimbangan-pertimbangan yang dia berikan selalu diperhatikan oleh Pandawa.

Bagong dan Raden Sadewa disambut oleh Gareng dan Petruk. Semar waktu itu masih belum nampak. Tak lama berselang, semar pun muncul. Sebelumnya, tak lupa Gareng dan Petruk menghaturkan 'sungkem pangabekti' kepada Raden Sadewa. Semarpun demikian.

Tak basa-basi lagi, Bagong langsung menjelaskan duduk persoalan yang dia hadapi sekarang dalam upayanya menjadi Presiden, mulai dari pembentukan tim sukses dan strategi menjaring dukungan.

Setelah melalui berbagai diskusi dan adu argumentasi, dicapailah beberapa kesepakatan. Pertama, Ketua tim sukses akan dipilih dari kalangan seniman, ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kalangan seniman biasanya mudah diterima oleh semua kalangan. Secara khusus, seniman di sini adalah seniman kesenian tradisional. Beberapa nama telah diusulkan, seperti Tukul arwana, Yati Pesek, Dalijo, dll... Tim sukses harus dibentuk maksimal 1 bulan sejak pertemuan tersebut.

Kedua, Mengingat keterbatasan biaya, maka kampanye tidak akan dilakukan dengan menyebarkan pamflet dan leaflet, memasang poster/spanduk dan juga tidak melalui media elektronik dan cetak, karena biayanya bisa sangat mahal. Raden Sadewa mengusulkan agar penjaringan dukungan dilakukan dengan pendekatan budaya. Bentuk konkritnya adalah dengan melakukan pertunjukan ketoprak keliling. Ini bisa menjadi sarana yang murah mengingat para pemain adalah dari anggota tim sukses.

Begitulah sedikit keputusan dari pertemuan singkat di rumah Semar. Ini tentu saja membuat langkah Bagong semakin mantap. Tinggal melobi ketua Tim Sukses saja untuk langkah yang selanjutnya.

(bersambung...............)


Lihat juga:
Kalau Bagong Jadi Presiden (Bag. 4)

0 komentar: