Wednesday, February 25, 2015

Menilik Perilaku Pengemudi di Jalan

Tingginya tingkat kecelakaan di jalan tentunya tidak terlepas dari perilaku para pengguna jalan, terutama pengendara kendaraan bermotor. Berbagai penelitian telah mengungkapkan bahwa faktor manusia (pengendara) berkontribusi paling besar terhadapa terjadinya kecelakaan. Selanjuntya, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pengendara di jalan antara lain kemampuan mengemudi, kondisi fisik pengemudi, dan kondisi emosional (psikis) pengemudi.

Kemampuan mengemudi berhubungan dengan bagaimana pengumudi mengendalikan kendaraannya pada berbagai kondisi. Dengan kata lain, faktor ini berkaitan dengan bagaimana pengemudi berkomunikasi/berinteraksi dengan kendaraan. Kemampuan ini tentunya berbeda antara pengemudi pemula dan pengemudi mahir. Pengemudi pemula cenderung ‘kasar’ dalam mengendalikan kendaraannya, misalnya berhenti mendadak, tidak memberikan lampu isyarat ketika akan berbelok, cara berbelok yang belum tepat, parkir yang kurang tepat dan mungkin juga cara mendahului kendaraan lain yang belum tepat. Berbeda dengan pengemudi mahir yang telah mampu mengendalikan kendaraannya dengan baik sehingga kendaraan seperti halnya menjadi perpanjangan dari anggota badan pengemudi yang bersangkutan. Meskipun demikian, memang belum ada data yang menunjukkan seberapa besar kontribusi dari tingkah laku pengemudi pemula ini terhadap kecelakaan di jalan dan apakah pengemudi pemula lebih banyak terlibat dalam kecelakaan daripada pengemudi mahir.

Kondisi fisik mengacu pada kondisi jasmani pengemudi yang bisa mencakup cacat fisik, keletihan, dan lapar. Secara umum, kondisi fisik ini akan mempengaruhi kemampuan pengemudi ketika berinteraksi dengan kendaraan, pengemudi lain, dan lingkungan jalan. Cacat fisik yang dimaksud di sini adalah hilangnya anggota badan atau berkurangnya kemampuan anggota badan. Kondisi pengemudi yang cacat tentunya akan berbahya. Karena itulah, salah satu syarat dalam aplikasi Surat Ijin Mengemudi (SIM) adalah “Sehat Jasmai”. Pengemudi yang dalam kondisi letih biasanya akan cenderung mengantuk dan sehingga mempengaruhi konsentrasi dan kemampuan pengemudi untuk mengendalikan kendaraan. Data kecelakaan juga mengindikaskan bahwa banyak kecelakaan yang terjadi karena pengemudi dalam keadaan mengantuk. Selain letih, kondisi lapar kadang-kadang juga akan menyebabkan pengemudi menjadi mengantuk dan cenderung emosional, meskipun mungkin hanya pada sebagian kecil orang saja. Namun demikian, perlu dilakukan penelitian apakah kondisi lapar berkontribusi pada terjadinya kecelakaan.

Kondisi emosional (psikis) pengemudi mencakup kondisi kejiwaan pengemudi. Kondisi yang akan ditinjau di sini adalah marah, tidak sabar dan egois. Semua kondisi tersebut bisa disebabkan oleh banyak hal, baik dari diri pengemudi sendiri maupuan dari lingkungan disekitarnya. Selain karena memang sifat bawaan, penyebab dari diri pengemudi antara lain karena pengemudi sedang terburu-buru atau karena pengemudi sedang ada masalah. Sementara itu, faktor lingkungan yang mempengaruhi emosional pengemudi antara lain macet, cuaca dan tingkah laku pengemudi lain. Dalam kondisi tersebut (marah, tidak sabar dan egosi), pengemudi akan cenderung menjadi agresif dan kadang mengabaikan keselamatan pengguna jalan lain. Memang masih sedikit penelitian psikologis yang berkaitan dengan kecelakaan lalu lintas. Oleh karenanya, diperlukan penelitian tentang sifat seseorang terhadap cara pengemudi dan terjadinya kecelakaan. Dalam hal ini, perlu diteliti profil psikis pengemudi yang pernah terlibat dalam kecelakaan sehingga dapat diketahui apakah orang yang pemarah, tidak sabar, dan egois lebih sering terlibat kecelakaan atau tidak.

Sebagai kesimpulan, dapat dikatakan bahwa kecelakaan terjadi karena kegagalan komunikasi/interaksi di jalan, baik (1) komunikasi antara pengemudi dengan kendaraan yang dikendarainya, (2) pengemudi dengan pengguna jalan lainnya, dan (3) pengguna jalan dengan lingkungan jalan. Oleh karenanya, penyelenggara jalan dan pengguna jalan harus sama-sama berusaha semaksimal mungkin akan komunikasi di jalan dapat berjalan dengan baik. Di satu sisi, penyelenggara jalan harus memastikan agar prinsip-prinsip self-regulating, self-explaining, dan self-forgiving roaddapat terpenuhi. Di sisi lainnya, pengguna jalan harus mematuhi semua rambu dan marka yang sudah terpasang. Selain itu, data menunjukkan bahwa sebagain besar korban kecelakaan adalah pengguna kendaraan pribadi. Oleh karenanya, tingginya angka kecelakaan di jalan dapat diturunkan dengan mendorong perpindahan penggunaan kendaraan pribadi ke angkutan umum.

0 komentar: