Friday, August 15, 2008

Mencari Ketenaran Sesaat

Akhir-akhir ini banyak kita jumpai orang-orang yang mulai berlomba-lomba mencari ketenaran sesaat, mulai dari artis, pejabat, politikus, hingga rakyat biasa. Ada saja cara mereka mencari ketenaran, ada yang dengan melakukan kegiatan sosial, mengkritik pihak lain, menciptakan konflik, skandal, atau mengaku sebagai anak atau saudara dari seorang tokoh yang sudah dikenal dan dihormati masyarakat umum.

Ketenaran sesaat ini kalau tidak dicermati dengan seksama pada akhirnya bisa menyebabkan kesesatan. Seperti yang baru-baru ini hangat dikabarkan, tentang seorang Andaryoko Wisnu Prabu yang mengaku sebagai Tokoh Supriyadi, tokoh pemberontakan Blitar. Sekilas memang pernyataan Andaryoko terasa meyakinkan bahwa dia memang benar-benar Supriyadi. Bisa jadi memang dia benar Supriyadi. Namun persoalannya adalah, Supriyadi yang mana? Kan banyak sekali orang yang bernama Supriyadi di Indonesia.

Cara mencari ketenaran lainnya adalah dengan menyebarkan isu atau skandal. Hal ini sering dipakai oleh para artis. Isu gugatan cerai dan perselingkuhan di antara para artis sekarang ini sering menjadi konsumsi publik yang justru menguntungkan artis itu sendiri. Publik pun tidak sadar bahwa mereka dijadikan konsumen demi mendongkrak ketenaran artis yang bersangkutan. Sebenarnya apakah perlunya ketenaran itu?

Bagi mbak Marijan, juru kunci gunung merapi, ketenaran mungkin tidak diperhatikan oleh beliau. Bahkan dia sendiri tidak berharap dirinya akan terkenal dengan menjadi juru kunci gunung merapi. Tindakannya yang tidak mau mengungsi ketika gunung merapa memuntahkan lahar dan diperkirakan akan meletus pun (tahun 2006) bukanlah untuk mencari ketenaran. Beliau hanya mengikuti keyakinannya bahwa gunung merapai tidak akan meletus. Bagi dia, gunung merapai sedang dalam proses "perbaikan".

Persamaan dari orang yang mencari ketenaran dengan sosok Mbah Marijan adalah sama-sama mempertaruhkan harga diri. Bedanya, orang-orang yang mencari ketenaran mempertaruhkan harga diri tanpa adanya dasar keyakinan. Sedangkan Mbah Marijan mempertaruhkan harga dirinya dengan suatu keyakinan yang kuat, beliau yakin betul dengan apa yang dia lakukan, tahu betul dengan apa yang dia pertaruhkan. Hasilnya, karena keyakinannyalah Mbah Marijan pada akhirnya bisa memenangkan pertaruhan itu. Bagaimana dengan orang-orang yang mencari ketenaran sesaat tanpa yang mempertaruhkan harga diri tanpa adanya dasar yang kuat? Waktulah yang akan menjawabnya. Kita buktikan saja, sebagai contoh Andaryoko Wisnu Prabu. Apakah benar dia itu Supriyadi sang pelopor pemberontakan Blitar??? Ataukah dia hanya seorang pejuang yang mencoba mencari ketenaran di masa tuanya dengan mengaku sebagai Supriyadi??? Bisa jadi dia memang Supriyadi, tapi bukan Supriyadi sang pelopor pemberontakan Blitar!

Semoga masih ada waktu untuk menyaksikan orang-orang tersesat yang mencari ketenaran sesaat dengan mempertaruhkan harga diri tanpa didasari keyakinan dan pemikiran yang benar.

0 komentar: