Adalah SUPANGGUNG, jabang bayi yang dilahirkan pada bulan Oktober tahun 1983. Dilahirkan pada hari Sukra Kasih menurut penanggalan Jawa. Pada saat jabang bayi tersebut lahir, sedang diadakan acara 'bersih desa'. Acaranya ini merupakan acara rutin tahunan dimana biasanya digelar berbagai macam agenda. Kebetulan pada saat dia lahir, sedang digelar pertunjukan wayang kulit.
Entah kebetulan atau memang sudah takdir Yang Kuasa, waktu itu yang berperan sebagai dalang adalah 'bapak'-nya sendiri. Setelah sekian lama hubungan kekeluargaan antara keluarga sang bayi dengan keluarga 'bapak', hubungan itu terjalin kembali melalui perantaraan sang bayi. Tak heran jika kedua orang tua sang bayi menyebut dia sebagai 'tepung sedulur (mempertemukan saudara)'.
Bayi yang baru lahir ini dimandikan dan oleh sang 'bu dhe' dibawa ke tempat pertunjukan wayang kulit. Tepat pada saat 'goro-goro' sang bayi diserahkan ke pada ki dalang yang kemudian meletakkan bayi tersebut di pangkuannya. Dengan mengucak syukur alhamdulillah, dan dengan memohon berkah kepada Yang Maha Kuasa, ki dalang, dengan disaksikan oleh seluruh warga yang hadir pada pertunjukan tersebut, memberikan nama SUPANGGUNG, pada jabang bayi tersebut.
Jabang bayi SUPANGGUNG, dengan diiringi dari 'bapak', dibawa pulang ke pangkuan sang bunda.
SUPANGGUNG secara harfiah terdiri dari kata SU yang artinya 'bagus' dan PANGGUNG yang bisa diartikan sebagai 'tempat mencari ilmu'. Dengan nama ini sang bayi diharapkan nantinya akan bisa menjadi 'tempat mencari ilmu yang baik bagi umat manusia'. Secara luas, SUPANGGUNG bisa diartikan sebagai 'tempat menumpahkan segala macam persoalan dan cerita kehidupan', seperti halnya panggung yang berfungsi sebagai tempat untuk mencurahkan segala ekspresi seseorang.
Wednesday, February 18, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment